Ramadhan ke-8 di perantauan. Sejak 2003 sudah terbiasa dengan sahur yang kurang begitu menikmati. karena bukan masakan dari ibuku tersayang.Dan ini tahun ke-delapan mengalami hal seperti itu. Sebagaimana layaknya anak kost yang tanpa peralatan perang menanak nasi, cukup dengen beberapa lembar uang dua ribuan dengan mudahnya kita dapatkan, Sebungkus nasi bersama kawan-kawannya. Kebiasaan ini sudah terbiasa dijalani dengan penuh keikhlasan dan berharap berubah dan bertambah baik dari tahun ke tahun.kadang kangen juga dengan irama suara ibu ketika membangunkan saya waktu sahur " lee bangun lee...sahuur " *lee adalah pangilan sayang ibu saya kepada saya :) dunk..dunk yaiyalah semua anak lelaki dipanggil lee sama ibuknya yang merupakan singkatan dari tole ^____^.Dari nada yang rendah hingga nada yang tinggi dikarenakan waktu sahur mendekati waktu imsak, secara otomatis nada itu meninggi dengan sendirinya ada disertai sedikit tepukan or cubitan sayang dari seorang ibu. Itulah yang saya kangeni selain masakannya. Walaupun terkadang hanya telor dadar atau ceplok maupun sayur sisa buka puasa ,semua yang dilakukan dengan kasih sayang itulah yang membuat kita kenyang dan kuat menjalani puasa selama sebulan penuh.dan di tahun kedelapan ini masih saja merantau di negeri orang (meskipun hampir 2 bulan sekali pulang)^_____^V. seiring berjalannya waktu, berganti pulalah cara menghadapi bulan ramadhan yang penuh dengan rahmat dan ampunan ini. Dan dipastikan tidak akan menemui hal yang tersebut diatas di bulan ramadhan 1431 H ini. Karena kalender sedang tidak bersahabat dengan kami plat merah Republik ini. mari kita berpuasa, semoga Ramadhan ini lebih baik dari Ramadhan tahun kemarin......mumpung setan lagi di borgol :)
Somebody's leaving, when ramadhan coming
sometimes a question more powerfull than answer
No comments:
Post a Comment