Friday, June 15, 2012

Sepakbola membangunkan mata




               Gelaran UERO 2012 seolah melupakan kejadian menyesakkan hasil akhir EPL. Sebagai seorang Mancunian tentu saja saya kecewa namun salut atas perjuangan para pemain yang tak kenal lelah sampai detik terakhir. Beralih ke UERO 2012, dimana rasa patriotisme para miyader dan seleberitis lapangan hijau diuji. Ketika jutaan pasang mata yang ngantuk didunia tertuju pada sebuah spektakuler show seniman bola. Bagi pria sepakbola adalah hal yang lekat dengan kesenangan hidupkan, bahkan teman saya bilang sesuatu hal yang cukup menggelitik perihal Bola dan Pria. "Jika laki-laki /Pria tidak suka bola berarti dia suka nonton Bokep (film porno)" ^____^ dan sebaliknya. Atau malah dua-duanya ? :). Jika merunut ketika saya mulai jatuh cinta sama pertandingan sepakbola awalnya dari Liga Indonesia dimana waktu itu pertandingan final antara Persebaya Surabaya dan Persib Bandung selepas itu mengalir begitu saja dan merambah suka ke pertandingan Liga Negara lain.
             Dari event nasional sampai event-evenet bola dunia. Sepakboal membagunkan mata !, mata yang ngantuk menjadi terang seketika ketika darah tifosi mulai tergugah. UERO 2012 dalam penilaian saya : pertama, ost. nya kurang mantap, jagaoan2 lama sudah gampang di taakluk-kan dan selalu saja aa tim kejutan. Jujur saya sebenarnya adalah pendukung Timnas Trio macan alias England, namun timbul ke-engganan dalam diri saya kali ini karena squad trio macan banyak diisi oleh pemain liverpol, dan itu sentimen negatif terhadap dukungan saya terhadap Timnas Inggris. Jika Prediksi , dari beberapa pertandingan yang telah dilalui tak satupun benar, bahkan Holland yang saya prediksi juara malah tersendat di babak penyisihan Grup neraka dan terancam tidak lolos.
            Sepakbola mungkin bisa melupakan sejenak kesusahan yang mendera, membangunkan mata dan melihat ke layar kaca hingga hati menjadi riang gembira.Dan keesokan paginya mata mulai sepet karena katah istirahnya diambil paksa oleh kesenangan jiwa. merumput dalam dunia nyata mulai terganggu harmonisasi-nya, dan Butuh waktu pengganti buat mengejapkan mata hingga keceriaan jiwa itu kembali muncul menggoda. Salam olahraga !!!




sometimes a question more powerfull than answer

Bukan Pencitraan



             Semenjak mengikuti twit dengan anonim @triomacan2000 pandangan negatif terhadap bangsa ini semakin menjadi dan menyuburkan rasa buruk sangka terhadap bangsa sendiri. Bukan menambah semakin benci namun menguatkan rasa apatis. Kasus demi kasus yang muncul di tutup dengan isu-isu baru, kadang penting kadang tidak. Percaya deh Topik yang sedang populer akhir-akhir ini adalah korupsi, apalagi yang menyenggol kata pajak di dalamnya so seksi untuk diberitakan, bikin rating naik dan mengalahkan infotaiment yang sedang hot-hotnya membicarakan kepalsuan mister Bean KW sekian. Korupsi memang kosakata yang populer, diusung ketika era reformasi  dan membahana di bumi Indonesia ini. Tanah Air yang ibarat kekasih kini sedang tak mendominasi rasa cinta di hati. Jujur perasaan Apatis kini sedang tumbuh subur dalam diri. bertanya kemanapun jawabannya tetap, googling dengan kata kunci Indonesia pun yang terkenal hanya hal negatif. Dimana kah kau hal posistif yang kutemukan dalam diri Bumi Indonesia?. Jika menyenggol kata pajak dengan dikombinasikan dengan kata Korupsi akan menjadi kolaborasi yang menarik animo masyarakat Indonesia. Melupakan serial sinetron yang semakin membodohkan masyarakat dan mulai menyerap berita demi bahan sebuah gosip jalanan, bahan untuk sosialisasi sesama. Karena boleh jujur, mayoritas manusia Indonesia Benci dengan kecurangan. Siapa yang mau dicurangi dalam hidup ini?.
            Dari era GT, DW sampai yang terbaru TH. Untuk inisial yang terakhir saya kenal sekali dengan oknum tersebut, karena dia mantan bos saya sewaktu dan dalam ingatan saya pernah sekali ditraktir makan sama dia karena sewaktu mau bayar dibayarin duluan.Bukan menjudge buruk ataupun baik, karena itu tak ada gunanya. TH memang pribadi yang cukup unik. Cukup satu kalimat itu saja yang bisa mewakili siapa dia. kadang saya juga masih meragukan integritas dari diri saya sendiri.Bersikap sinis namun terkadang tidak terima ketika dikoyak karena saya yakin perubahan itu datang ketika modernisasi mulia didenggungkan. Penguasa masa lalu memang menyisakan dosa masa lalu yang harus ditanggung oleh ribuan pegawai sekarang. Mereka yang lolos mungkin berleha-leha dan terkadang denggan bangga menceritakan kisah sukses(kelam) di masa lalu,ketika si seksi terlihat sangat seksi sekali. Dibilang berjuta-juta kalipun masyarakan sudah melihat miring seperti pepatah jawa "becik ketitik,ala ketoro" dan itu akan terbawa sampai dimasa yang akan datang. Tapi sekali lagi saya katakan kita bukan seperti itu, beberapa oknum itu adalah nila dan kami adalah susu sebelangga, dan susu itu masih bertahan menjadi susu. Ini Bukan pencitraan, karena negeri ini sudah capek dibohongi oleh pencitraan. Salam jujur dari salah satu pegawai DJP di negeri ini.








sometimes a question more powerfull than answer

Wednesday, June 6, 2012

Idealisme yang mati

 " Jakarta bisa merubah karakter seseorang, itu hampir pasti" 
 (Vita Azizah, Skydinning semangi, rendezvous)
Quote dari seorang adik kelas, yang sungguh saya tidak bisa memungkirinya. ketika pertautan waktu dan pendapat yang dikembangkan menjadi sebuah pernyataan ang mendekati kenyataan. Kejadian seperti itu mungkin banyak, dari gaya ngomong dan sebagainya. Dari duluna yang suka makan apapun gapapa sekarang berubah, apalagi berubah menjadi seseorang yang mungkin tak kau tak mengenali dirimu sendiri




sometimes a question more powerfull than answer

Televisi Kini



Membusuklah di depan layar kaca
Dengan drama basi
Yang kau lihat stiap hari
Dan berita yang tak jelas
Tentang hidup orang lain
Yang sama skali
Bukan urusanmu
Yeah!


(TV Sampah - Bimasakti ft. Captain Jack)

            Kita itu bangsa yang Pintar tapi begitu mudahnya dibodohi oleh pihak-pihak yang punya kepentingan untuk kelangsungan kedigdayaan mereka.Banyak dari kita yang hebat dan jago ketika berbicara masalah sains, ekonomi atau disiplin ilmu lainnya, tapi hanya pintar dalam akademik bukan dalam implemtasi kehidupan sehari-hari. Bukti yang sangat sederhana adalah dalam memfilter segala macam pengaruh budaya yang negatif salah satunya disebarkan oleh yang namanya Televisi.Berita yang tak jelas, isu kecil yang digembor-gemborkan hingga melupakan isu yang lebih besar yang layak untuk diperbincangkan. Ngomongin hal-hal yang tidak penting, Jupe jambak-jambakkan sama Depe lah, ngomongin Saipul jambul yang pacaran sama si anu lah dan drama basi yang semakin menenggelamkan moral bangsa, apa lebih penting dari urusanmu sendiri?.
            Televisi kini cuman Sampah, saya setuju denganmu Captain jack. Propaganda yang berlebihan dan terkesan lebay dan mendeskreditkan Kelompok tertentu dan Saya juga yakin Liberalisasi sudah dimulai dari adanya banyaknya siaran telivisi komersial,. Perkembangan zaman yang tidak diimbangi dengan kemampuan bangsa untuk memfilter segala pengaruh negatif yang buruk. Bangsa kita ini gak punya filter, Kementerian yang menangani ini pun sudah terlambat atau lebih tepatnya sangat terlambat untuk menata ulang sistem. Tema pengaruh televisi ini pernah diangkat oleh temen saya dalam film pendeknya yang berjudul "Layar Kacau" dimana di segala lini televisi mempengaruhi kehidupan kita sehari-hari. Dari hal kecil pergeseran budaya atau lebih tepatnya disebut sebagai krisis budaya sebagai identitas diri Bangsa Indonesia.Contoh sederhana yang banyak kita temui pemberian nama anak. Dulu orang tua akan memeberikan nama anaknya dnegan nama asli Indonesia semacam : Budi, Doni, Rudi, Wati,Linda, Novi dan  sekarang nama: Farrel, Morgan, Michael, Keisya, Keano, dan nama-nama sinetron yang lain yang lebih populer dari nama Indonesia sendiri.
          Tontonan yang harusnya jadi Tuntunan menjadi sebaliknya Budaya kita telah hancur termakan oleh liberalisasi yang terjadi, mengikis dari kalangan bawah dan atas. Saya yakin untuk jadi RI1 dinegeri ini  seorang Capres harus punya stasiun televisi atau minimal punya kolega yang punya perusahaan televisi ini, biar bisa memutarbalikkan fakta yang ada dan kita semakin terjajah, terkadang juga terjajah oleh bangsa sendiri.





sometimes a question more powerfull than answer

Cinta Monyet Never (di) Forget

 

Monyet itu lucu, bersamaan dengan lucunya kita dimasa kecil. Jika diingat jutaaan humor selalu siap membentuk senyuman simpul dengan berbagai ingatan tentang cinta monyet dimasa itu. Sayang jika tak diceritakan hanya akan jadi gumam dan candaan di dalam lamunan. Mencoba menceritakan kembali tentang monyet lucu itu. Cinta Monyet lucu sebelum menjadi cinta monyet. Dulu waktu kita TK maupun SD sering kita memperhatikan teman sepantaran kita. Namun rasa tertarik terhadap lawan jenis itu memang wajar dan normal, entah jika sebaliknya. Setiap orang pasti pernah mengalaminya, termasuk saya sendiri. Dipasang-pasangin dengan si A si B dan seterusnya. Atau menulis ditembok antara namaku dan nama "dia" dengan penghubung kata "dan" untuk waktu SD dan sekarang bergeser dengan lambang hati. Seperti Budi dan Wati, tokoh dalam buku bahasa Indonesia yang takkan lekang oleh zaman, mungkin sekarang sudah di ganti dengan Farel dan Keysa :) untuk mengikuti perkembangan zaman.Pergeseran penggunaan kata "dan" dan lambang hati seolah mengambarkan perkembangan psikologis anak usia dini sekarang dalam mengenal monyet lucu itu. Mungkin keracunan oleh isi TV yang sering menjadikan tontonan yang tidak tepat menjadi sebuah tuntunan, dan Celakalah jika kedua orang tua mereka sibuk, mungkin bener kata cak piul dengan account twitter @rofiul
Televisi hanya penyelamat bapak ibu yang sibuk, tapi racun untuk anaknya.  

Mungkin dari situlah pergeseran kata "dan" lambang hati dimulai. Dan Monyet lucu itu berubah menjadi monyet lucu dan .....". Monyet lucu pertamaku, diwaktu SD aku kerap di pasangkan-pasangkan oleh teman sebayaku sebagai propaganda mereka dalam berusaha untuk membuat rasa malu timbul atau memperoleh kesenangan mereka dengan munculnya rasa malu merah di mukaku. Dita namanya, mencoba mengingat nama panjangnya tapi aku lupa. Anak dari seorang bapak Mantri di desaku. Dipasangkan karena karena kita berdua chubby. Teman sebayaku sering menuliskan Aziz dan Dita atau sekedar inisial A dan D, maka spontan mukaku berubah merah dan aku pun malu.Seolah aku pangeran dan dia putrinya yang disandingkan dengan kata-kata dan di propagandakan berulang-ulang oleh teman-teman kecilku yang suka akan kesenangan rasa malu temannya.Begitulah kira-kira propaganda Aziz dan Dita atau A dan D berlangsung begitu lama. Dan kabar terakhir yang aku tahu setelah dia lulus sekolah Farmasi dan selanjutnya aku tidak tahu karena sudah tidak pernah kontak sama sekali dengan dia. Seingatku dulu Dita adalah sosok yang anak rumahan banget, maklumlah dia anak seorang mantri yang terkenal di desa sebelahku, dan termasuk ke dalam golongan anak yang pintar. Propaganda monyet lucu berikutnya adalah A dan S, Aziz dan Sulikah. Entah mengapa aku lebih nyaman mendengar propaganda D & A daripada A dan S dan temenku lebih sering menyebutnya dengan SASA, karena dibantu produk micin iru maka propaganda SASA lebih cepat dan erat ditelingga teman-teman sebayaku. Sejarah si S ini aku tak tahu betul, yang jelas dia lebih tua dariku, karena dia pernah tidak naik kelas. terakhir kali bertemu pas waktu ada pasar malam di desa Badas, kita bertemu lagi setelah dewasa, jelas dia terlihat cantik dengan rambut panjangnya beda dengan tampilan waktu duduk di SD dan sayangnya dia tak melanjutkan lagi sekolahnya. Kabar terakhir dia nikah cepat karena faktor usia :). itulah monyet-monyet lucu di waktu kecilku. Oh iya aku ingat, ada satu lagi, tapi tidak sempat di propagandakan di lingkungan sekolah hanya di propagandakan di lingkungan tempatku tinggal, teman SD ku juga dan kami sempat berpacaran sewaktu dewasa ^____^ orang yang baik hatinya, pernah kuceritakan di blog ini. Dan sekarang mencoba mengingat Propaganda yang Populer di waktu SD : AN = Andri & Novita, Nuri dan Citra, Lufi dan Vita, Santo dan Novita dan sebagainya. Hayooo masih inget gak dengan Monyet Lucu diwaktu kecil kalian?




sometimes a question more powerfull than answer