Membusuklah di depan layar kaca
Dengan drama basi
Yang kau lihat stiap hari
Dan berita yang tak jelas
Tentang hidup orang lain
Yang sama skali
Bukan urusanmu
Yeah!
(TV Sampah - Bimasakti ft. Captain Jack)
Kita itu bangsa yang Pintar tapi begitu mudahnya dibodohi oleh pihak-pihak yang punya kepentingan untuk kelangsungan kedigdayaan mereka.Banyak dari kita yang hebat dan jago ketika berbicara masalah sains, ekonomi atau disiplin ilmu lainnya, tapi hanya pintar dalam akademik bukan dalam implemtasi kehidupan sehari-hari. Bukti yang sangat sederhana adalah dalam memfilter segala macam pengaruh budaya yang negatif salah satunya disebarkan oleh yang namanya Televisi.Berita yang tak jelas, isu kecil yang digembor-gemborkan hingga melupakan isu yang lebih besar yang layak untuk diperbincangkan. Ngomongin hal-hal yang tidak penting, Jupe jambak-jambakkan sama Depe lah, ngomongin Saipul jambul yang pacaran sama si anu lah dan drama basi yang semakin menenggelamkan moral bangsa, apa lebih penting dari urusanmu sendiri?.
Televisi kini cuman Sampah, saya setuju denganmu Captain jack. Propaganda yang berlebihan dan terkesan lebay dan mendeskreditkan Kelompok tertentu dan Saya juga yakin Liberalisasi sudah dimulai dari adanya banyaknya siaran telivisi komersial,. Perkembangan zaman yang tidak diimbangi dengan kemampuan bangsa untuk memfilter segala pengaruh negatif yang buruk. Bangsa kita ini gak punya filter, Kementerian yang menangani ini pun sudah terlambat atau lebih tepatnya sangat terlambat untuk menata ulang sistem. Tema pengaruh televisi ini pernah diangkat oleh temen saya dalam film pendeknya yang berjudul "Layar Kacau" dimana di segala lini televisi mempengaruhi kehidupan kita sehari-hari. Dari hal kecil pergeseran budaya atau lebih tepatnya disebut sebagai krisis budaya sebagai identitas diri Bangsa Indonesia.Contoh sederhana yang banyak kita temui pemberian nama anak. Dulu orang tua akan memeberikan nama anaknya dnegan nama asli Indonesia semacam : Budi, Doni, Rudi, Wati,Linda, Novi dan sekarang nama: Farrel, Morgan, Michael, Keisya, Keano, dan nama-nama sinetron yang lain yang lebih populer dari nama Indonesia sendiri.
Tontonan yang harusnya jadi Tuntunan menjadi sebaliknya Budaya kita telah hancur termakan oleh liberalisasi yang terjadi, mengikis dari kalangan bawah dan atas. Saya yakin untuk jadi RI1 dinegeri ini seorang Capres harus punya stasiun televisi atau minimal punya kolega yang punya perusahaan televisi ini, biar bisa memutarbalikkan fakta yang ada dan kita semakin terjajah, terkadang juga terjajah oleh bangsa sendiri.
Televisi kini cuman Sampah, saya setuju denganmu Captain jack. Propaganda yang berlebihan dan terkesan lebay dan mendeskreditkan Kelompok tertentu dan Saya juga yakin Liberalisasi sudah dimulai dari adanya banyaknya siaran telivisi komersial,. Perkembangan zaman yang tidak diimbangi dengan kemampuan bangsa untuk memfilter segala pengaruh negatif yang buruk. Bangsa kita ini gak punya filter, Kementerian yang menangani ini pun sudah terlambat atau lebih tepatnya sangat terlambat untuk menata ulang sistem. Tema pengaruh televisi ini pernah diangkat oleh temen saya dalam film pendeknya yang berjudul "Layar Kacau" dimana di segala lini televisi mempengaruhi kehidupan kita sehari-hari. Dari hal kecil pergeseran budaya atau lebih tepatnya disebut sebagai krisis budaya sebagai identitas diri Bangsa Indonesia.Contoh sederhana yang banyak kita temui pemberian nama anak. Dulu orang tua akan memeberikan nama anaknya dnegan nama asli Indonesia semacam : Budi, Doni, Rudi, Wati,Linda, Novi dan sekarang nama: Farrel, Morgan, Michael, Keisya, Keano, dan nama-nama sinetron yang lain yang lebih populer dari nama Indonesia sendiri.
Tontonan yang harusnya jadi Tuntunan menjadi sebaliknya Budaya kita telah hancur termakan oleh liberalisasi yang terjadi, mengikis dari kalangan bawah dan atas. Saya yakin untuk jadi RI1 dinegeri ini seorang Capres harus punya stasiun televisi atau minimal punya kolega yang punya perusahaan televisi ini, biar bisa memutarbalikkan fakta yang ada dan kita semakin terjajah, terkadang juga terjajah oleh bangsa sendiri.
sometimes a question more powerfull than answer
No comments:
Post a Comment