Tuesday, January 4, 2011

Batavia in myself

Rasanya sudah terbiasa ngomong Gue, Elo dsb. kadang juga sok ababil dengan ngomong kayak gitu meskipun intonasi medok jawaisme tak bisa dihilangkan dari lidah si jawa tulen dengan mana arab. Peradaban sebagai  penduduk batavia dimulai tahun 2002 lalu.Ketika papan pengumuman memberitahukan kepadaku bahwa aku lulus ujian masuk di salah satu perguruan tinggi kedinasan. Bila kuingat masa itu, sepertinya saat itulah Pede meter-ku menunjukkan angka tertinggi dalam skalanya. Dan ketika kuliah dimulai skala pedemeter itu mulai memudar dengan sendirinya, aku kalut dan terkejut dengan cekokan angka-angka yang membuatku hidup bukan dalam duniaku.Apalagi ketika angka IPK Mengendapkanku sebagai mahasiswa PMDK alias persatuan Mahasiswa Dua Koma seolah lagu-lagu Apuse dan daerah timur lainnya mulai berdenggung di telinggaku.Mungkin happy ending, di akhir aku mampu mengentaskan diri dan keluar sebagai anggota PMDK. Dan lagu jali-jali yang mulai nge-hits di telinggaku. dan hingga saat ini. Sudah kurencana dengan baik, dan ter-mapping dan selanjutnya bisa di becnhmarking dalam mengambil keputusan hidup. Ah rasanya sekejap kawan, tak sebanding dengan rupiah yang telah kugelontorkan untuk menikmati Batavia ini. Disinilah Lagu Bang Haji Rhoma Irama kuyakini kebenarannya (yang kayak makin kaya, yang miskin makin miskin). Bersahabat dengan macet, polusi dan berbagai hal yang menurut budaya jawa terkategorikan sebagai budaya yang tidak etis. masih beruntung tak mengenal dunia kelam batavia, mungkin hanya sedikit terpengaruh gaya hidup hedonisme dengan kadar normal.
Jika bercerita tentang dunia malam, aku tak mempunyai banyak referensi mengenai hal itu. karena aku tak sanggup bersahabat dengan angin malam Batavia. Rasanya mengigil dan badan terasa dingin bila terlalu lama bercanda dengan malam di Batavia. Dunia gemerlap yang terkadang menjadi topik utama dalam cerita para kaum urban juga tak bisa menembus box office duniaku. hanya terkadang mendengar cerita dari teman  tentang dunia gemerlap itu. Ah lupakanlah bagiku itu tak penting , meskipun terkadang musik ajeb-ajeb itu telah bersahabat dengan telinggaku, itupun hanya sebatas mampir di telinggaku,kecuali irama ajeb-ajeb ala Lady Gaga ^_____^. Lebih suka menghabiskan waktu dengan meng-capture tiap sudut kota ini dengan Niki-ku yang sudah mulai usang dan menikmatinya sambil menyeruput kopi dan dengan rakus mengunyah camilan, giliiiing wae !!!!!.Atau mencoba memahami donggeng-donggeng orang Luar Negeri yang telah sukses divisualkan dalam layar lebar yang tidak gratis dan anti pembajakan tapi tidak anti kemesuman. Donggeng yang luar biasa dan dikemas oleh para peracik macam Spielbeg yang mampu menghipnotis mata orang seluruh dunia. terkadang mereka menawarkan kebohongan dengan nikmatnya. Perlahan kaupun terbawa teman, lebih mempesona dibandingan memperhatikan kedua dada wanita :P. Setidaknya ada hal positif yang bisa diambil dari film yang pernah kulihat. Mem-benchmarking-nya dengan hidup yang telah terjadi dan bisa dijadikan pelajaran hidup, meskipuun teori formalnya telah kau kuasai namun terkadang banyak pelajaran tak terduga macam itu yang mempu membuatmu bertahan.

(to be continued)


sometimes a question more powerfull than answer

No comments: