Ketika rush hours melanda, macet terpampang nyata dan waktu mengejar dengan cepatnya. Tak ada solusi nyata dari penguasa untuk membuat rasa sempit karena macet menjadi lega. Tak sedikit rupa berubah jadi murka ketika menghadapi jalanan yang seolah padat dengan berbagai macam roda. Roda empat untuk yang sedang berjaya dan roda dua untuk yang berusaha bertahan hidup atau hanya menjadi solusi sementara memenggal waktu?.Darah pun mendidih dan lebih sering terkoneksi dengan lidah dalam memproses kata tanpa makna dan tujuan apa arti saling menghormati antar sesama. Pelan terinjak, lantas apakah harus selalui mendahului waktu yang ada. Ah Durjana, emosi jiwa pun meledak tatkala beberapa pemicu yang sebebnarnya sama seperti yang sering kita lakukan terhadap pengendara lainnya. Inti dari semua itu adalah saling menghormati. Pernah juga pagi hari hampir saja saya berantem sama sopir taksi karena hal sepele, mungkin dia merasa kesenggol kaca spionnya walaupun tak ada lecet sedikit pun, untungnya masih pagi, pokiran masih dingin dan masih jernih memanage emosi.Dan beberapa kesempatan pun tak berbeda pula scene emosi jalanan. Kosakata yang tak pantas terucap terkadang terlalu akrab dengan beberapa mulut yang tersulut emosi, emosi jalanan yang menggila. Seolah-olah kita ini hidup di rimba, seperti hewan tanpa akal yang jadi sehina-hinanyany manusia. Bukan dari latar belakang yang berbeda tapi beberap scene emosi jalan pun saya pernah terhenyak, ketika melihat seorang ibu-ibu berjilbab(yang terlihat sopan) terpancing emosi jalanan beradu argumen tanpa harah yang menjurus pada terciptanya umpatan, makian dan beberapa kata yang tak layak untuk seorang dengan tmapilan seperti itu. Harusnya penuh sensor.dan akhirnya pun tanpa ada solusi, sudah sama-sama rugi, dosa pula dan kerusakan itu menjadi bukti nyta dari sebuah hasil karya emosi jalanan yang menggelora. Mungkin kontrol diri sangat penting menghadapi seperti itu,tapi kalo darah sudah mendidih, panas macet sudah berkolaborasi dan sedikit gesekan saja bisa merubah situasi yang adem ayem menjadi situasi yang tensi tinggi dan kembali lagi, kosakata yang harusnya tak lulus sensor dari mulut kita lolos begitu saja, apalagi ketika tanggal tua :). pesan saya jaga emosi ketika berada di jalanan, jangan sok jagoan dan selalu hormati pengendara lainnya agar percikan itu tak jadi apai kemarahan yang membakar kayu menjadi abu.jangan sampai berujung menjadi pidana !!!
sometimes a question more powerfull than answer