Kembali ke dunia nyata, merasa hidup di kota ini sia-sia, mungkin sudah terlalu mentok menggelola rasa bosan dengan bijak. Aq sendiri tak mampu mendeskripsikan masalah sepele ini dengan baik, bukan karena kemampuan , mungkin karena masa sebagai praktisi kegalau-an . Mungkin seribu orang berpikiran sama denganku, i'm not the only one, kolam ini terlalu besar, jika diarungi hanya dengan sampan yang kecil. Dan dalam kolam besar ini ikan kecil akan selalu dengan mudah terbawa arus. Memilih kolam kecil bukanlah hal sepele, meskipun sudah sering mendengar popaganda-propaganda homebase yang berlalu lalang dari kuping kanan keluar kuping kiri. Salahmu sendiri, tak memahami resiko dari sebuah pilihan, meskipun itu bukan pilihan sulit atau hanya satu-satunya pilihan. Adakah cara lain untuk keluar dari dunia yang penuh kesia-sia an ini? ataukah dunia yang ingin kau cipta hanya fatamorgana semata, bagaikan pepesan kosong?. ah spertinya aku harus mulai belajar banyak mempercayai orang sebelum aku terlanjur terjerumus untuk tidak percaya kepada satu ornag pun orang. tengiang di pikiranku selalu, aku ingin pulang, membawa beban dan kutaruh berceceran beban itu, sepanjang rel kereta api jalur selatan sepanjang 770 KM. dan inginku kenang suatu saat jika beban yang terasa semakin berat.walaupun kesempatan itu datang bertubi-tubi, tak akan berarti jika tak ada coretan khas si tangan besi. Atau isi surat itu hanya kan terpatri menunggu para praktisi birokrasi berbaik hati tanpa basi-basi, bukan memberi remisi tapi janji yang terbukti. Bagaikan Seorang praktisi birokrasi kecil dengan sampan kecil dan mencoba mengarungi kolam yang besar. ujung-ujung mari disyukuri aja. Itulah kata-kata sakti. Meskipun keluh kesah membuat kita semakin lelah, namun hati gundah tak akan menjadi gulana ketika kita bisa bercerita, ini bukan keluah kesah hanya mencoba memperlambat gundah menjadi gulana teman. ah itu alasan kamu saja boi.
sometimes a question more powerfull than answer