Wednesday, March 23, 2011

Jangan hadirkan aku di mimpimu, sayang

Waktu ketika malam, sapaan bernada mesra seakan menjadi sapaan perpisahan sementara, untuk hari ini .Ketika rasa kantuk mulai membekap kita, tak sanggup lagi aku menggengam suaramu sebagai obat rinduku,. Dan kalimat terakhir yang tak ingin aku ucapkan adalah semoga mimpi indah ,tapi jangan hadirkan aku di mimpimu. Sontak kau pun akan marah mendengar itu dan memecah kebuntuan kemesraan dengan sedikit aroma kemarahan.Bukannya aku tak mau hadir di mimpimu sayang, tapi aku takut jikalau kau hadirkan aku di mimpimu  aku tak mau pergi dari mimpimu dan esok paginya aku terlambat masuk kantor, karena presensi ku maksimal menunjukkan angka 07:30.59 WIB. Jikalau angka waktu itu terlewati semakin jauh kita dari realita yang kita inginkan : menabung dan menikahimu, karena jika telat jumlah uang yang kusisihkan untuk kutabung berkurang dan kita akan semakin sedikit menjauh dari realita cinta sesungguhnya. pliss kumohon jangan hadirkan aku dimimpimu sayang, karena aku sayang kamu :)

naseeb bujangfiskus *sambilngakak*




sometimes a question more powerfull than answer

Mimpi Sederhana Yang Masih Terjaga

Mimpi yang sederhana, ketika sebuah keinginan untuk merubah dunia sendiri. Mimpi sederhanaku hanyalah ingin menjadi seorang yang mampu berbagi dan bermanfaat. Mungkin hanya mimpi yang mungkin ditertawakan banyak orang, aku tak bermimpi jadi seorang super birokrat yang mengindikasikan diri menjadi seorang kleptokrat culas dan hipocrite. Mimpiku sederhana, yang pernah pernah diharapkan pula oleh mbah uti, ketika beliau masih hidup. Sederhanya mungkin banyak anak muda sekarang yang tak mau lagi mencita-citakannya atau meletakkannya dalam urutan kesekian jikalau mimpi utama sudah tak terwujud. Ketika ziarah ke makam mbah uti, mimpi sederhana itu selalu menyembul kembali ke permukaan, selayaknya saat habis subuh pagi ketika aku pulang dari rumah dengan jendela lebar mbah uti. Rumah Kakek nenek ku dari ibu memang rumah jaman belanda, dengan jendela-jendela lebar yang seukuran pintu masuk, disitulah aku terkadang bermain ke rumah temenku SD dan SMU Andung. Obrolan ba'da shubuh waktu itu mungkin sebuah doa, tapi maaf mbah Dewi mungkin mimpi itu terlupa namun yakinlah mimpi itu masih terjaga dengan rapi dalam dadaku. 
Mimpi sederhana itu  adalah menjadi seorang guru. Entah guru SD, SMP or SMU yang penting bermanfaat bagi generasi bangsa ini. Ataupun guru madrasah atau hanya guru yang mengajari anak-anak kecil di sekitar tempatku tinggal mengajari mengaji misalnya. Dulu hampir bisa mewujudkannya namun sekarang tinggallah sebagai mimpi sederhana yang masih terjaga dalam diriku. Perlahan waktu pun tak mampu melupakan mimpi itu walaupun sejenak. Aku sendiri juga tidak tahu mau jadi apa nanti, jadi super birokrat ataukah jadi guru yang sederhana seperti mimpi sederhana itu. Yang jelas sekarang jadi birokrat lemah yang hanya bisa menuruti perintah dari birokrat yang lebih kuat diatasku. kadang iri dengan teman-temanku yang kini jadi guru, tapi apapun bentuk rasa iri itu, itu sudah menjadi pilihanku sekarnag tinggal disyukuri dan dijalani resikonya dan berharap mimpi sederhana itu suatu waktu datang dan terwujud meskipun seperti mimpi diatas mimpi :)



sometimes a question more powerfull than answer

Thursday, March 17, 2011

Memanusiakan Manusia

Teringat perkataan Sultan Hamengku Buwono XI ketika dalam acara Kick Andy pada tahun 2009 dulu. Ketika sedang marak-maraknya pencitraan diri para calon presiden di negeri ini. Pencitraan diri itu penting, di negara yang "mungkin" gak jelas jluntrungannya ini. Beliau berkata kalo tidak salah intinya kita harus memilih pemimpin yang bisa memanusiakan manusia. Memperlakukan manusia sebagaimana layaknya manusia. Dalam kehidupan sehari-hari terkadang seringkali menemui manusia yang kebetulan punya posisi yang lebih dibandingkan dengan yang lainnya bertindak semena-mena terhadap orang yang notabene tak punya atau lebih rendah posisinya dibandingkan dia. Memanusiakan manusia bukan hanya sekedar menghargai dia itu ada maupun eksis, kalo masalah ke-eksisan baiknya berkaca pada social media macam facebook, twitter dsb. Tentang worklife, barusan RDP illegal alias dengar pendapat para Satpam, OB dan CS yang notabene posisi mereka dalam statuta dan struktur organisasi mungkin tidak tercatat maupun tidak ada. banyak keluh kesah dari mereka, selain masalah ekonomi yang mendominasi, lebih banyak lagi didominasi oleh perang perasaan sebagai manusia yang terkadang lengah termanusiakan oleh yang lain. Ketika pertama kali mendengar keluhan salah satu OB di kantor, sebenerna saya tidak kaget karena disini bermacam-macam karakter pegawai yang masing-masing mungkin menyematkan diri dengat sifat-sifat yang mahmudah maupun madzmumah. Ada yang dermawan ada yang pelit, ada yang lucu ada yang belagu, ada yang baik ada yang kurang baik, ada yang bermuka dua ada yang apa adanya. Selayaknya menyadari hal beraneka ragam dari pelbagai suku di Indonesia ini. bukan mendiskreditkan salah satu suku, karena ini bukan blog SARA. Mungkin terlalu enjoy dengan sebuah kenyaman dan terkadang mengusik dan lupa memperlakukan sesama manusia sesuai hak-nya. yang lebih parah lagi manunya se abreg tapi tak mau keluar biaya, maunya ditanggung ma negara ini. Birokrat dan Kleptokrat ini beda-beda tipis kalo kita tak bisa memperlakukan dan menghormati diri kita sendiri. Manusia bisa menjadi makhluk yang paling tinggi , paling dihormati derajatnya, namun bisa pula menjadi makhluk yang hina dina dan cuih cuih. tergantung kita. Ketika dengar pendapat itu berlangsung sepertinya, jawaban dari pertanyaan saya itu mewakili segala rasa yang dirasakan atas perlakuannya selama ini. hanya kesimpulan sederhana : OB juga manusia, punya rasa punya hati manusiakanlah dia. Seperti hukum timbal balik, salam satu jiwa ^____^



sometimes a question more powerfull than answer